Bagaimana Menjadi Seorang Kejawen Sejati?
Caranya; puasa lah mutih Senin Kamis, pada saat menjalani puasa tersebut tanyakan pada diri sendiri (dasar2 Olah Roso), apakah Anda suka membohongi diri Anda sendiri? Kalau jawabannya, Anda suka membohongi diri Anda sendiri, maka Anda bukan orang yang cocok untuk Menjadi Seorang Kejawen....
Kejawen adalah orang yang memeluk Agami Jawi. Jawi sendiri memiliki arti dan makna : Berbudi Luhur. Jadi Agami Jawi bukan Agamanya orang Jawa saja, melainkan Agamanya orang yang ingin Berbudi Luhur...

Agama Tidak Membuat Orang Jadi Baik

Tidak ada satu Agama pun di dunia, yang bisa membuat orang jadi baik. Yang ada; Orang baik dan mempunyai niat yang baik, menggunakan Agama apa pun, untuk tujuan kebaikan. Pasti dia akan jadi baik.
Jadi pilihlah Agama yang sesuai dengan Hati Nurani.

Makna Kejawen: Kitab dan Pancing

Banyak orang memvonis, bahwa Kedjawen bukanlah agama, melainkan hanya kepercayaan semata. Dalilnya, karena Kedjawen tidak memiliki Kitab sebagai rujukan.

Bagi agama Rasul, Kitab menjadi penting karena memang agar para penganut agama mereka, tidak dapat atau tidak diizinkan berinteraksi langsung dengan sang Penciptanya.

Ibarat Pancing dan Ikan, dalam agama Rasul, para penganutnya langsung diberi ikan. Sehingga para penganutnya, seolah akan dapat lebih mudah untuk mengerti kaidah-kaidah komunikasi dengan sang Pencipta, dengan pola menghafal.

Sementara pada Kejawen, kita diberi pancing untuk mencari tahu bagaimana heningnya berkomunikasi dengan sang Pencipta, hal ini tidak perlu dihafal. Karena Olah Roso membuat kita berinteraksi sesungguhnya dengan sang Pencipta.

Makna Kejawen : Manunggaling Kawula Ghusti

Manunggaling Kawula Ghusti, merupakan makna yang dalam bagi Seorang Kejawen. Oleh karenanya banyak pemuka-pemuka agama yang non Kejawen, memelintir esensi dari makna Manunggaling Kawula Ghusti itu sendiri.

Hal ini tidak lain dan tidak bukan, untuk memuluskan pemasaran agama import yang dibawanya ke dalam Masyarakat Jawa yang sengkretis. (Mudah2an di kemudian hari Masyarakat Jawa lebih Waspada dengan pengaruh budaya asing)

Manunggaling Kawula Ghusti sama sekali bukan bermakna bersatunya kita dengan Tuhan Yang Maha Esa.

Makna sebenarnya dari Manunggaling Kawula Ghusti adalah, bahwa hubungan seorang Kejawen dengan Tuhan Yang Maha Esa, tidak melalui perantara apapun seperti yang dilakukan oleh agama-agama Rasul.

Dalam pemahaman Kejawen, hubungan setiap orang kepada Tuhan Yang Maha Esa adalah hubungan yang unik, karena pada awalnya setiap orang yang lahir di muka bumi adalah Titipan Tuhan Yang Maha Esa.

Pemelintiran tersebut, jelas untuk kepentingan penyebaran agama impor tersebut.

Catatan :
Unik adalah tidak ada duanya. Seperti dot com misalnya, tidak ada dot com yang kembar. Lebih mudahnya; kejawenonline.blogspot.com sementara secara formal ini milik saya, tidak ada orang lain secara formal yang dapat mengakui bahwa ini miliknya.

Analogi lain:
Jika kita mencintai dan menyayangi Ibu kandung kita, dan mengatakan bahwa Ibuku ada dalam diriku (hatiku) dan segenap aliran darahku. Apakah berarti badan Ibu kita ada dalam badan kita?

Itulah yang juga dimaksud dengan Manunggaling Kawulo Ghusti. Adalah sebuah rasa yang mendalam, dan komitmen untuk berprilaku dengan segenap hati yang bersih.

Bukan seperti yang diartikan; mempersatukan Tuhan dengan diri kita.
Lagi-lagi ini adalah sebuah pemelintiran dari agama impor.

Makna Kejawen : Tuhan, Anak-anak Kita, dan Kita

Bicara mengenai hubungan Tuhan Yang Maha Esa dengan Kita, dapat digambarkan dari hubungan Tuhan Yang Maha Esa dengan anak-anak kita.

Semua agama di dunia, juga mempunyai pemahaman yang sama, bahwa Anak adalah Titipan Tuhan Yang Maha Esa Kepada Kita.

Artinya: dari kelahirannya, Anak Kita memiliki hubungan yang khusus dengan Tuhan Yang Maha Esa, sampai-sampai kita dititipkan oleh Nya.

Apa kewajiban kita untuk dapat mengabdi pada Nya, yakni membimbing anak-anak kita ke jalan yang Berbudi Luhur. Mengapa?

Karena nantinya anak-anak kita pun akan mendapat titipan dari Nya.

Sirkulasi ini berjalan terus berulang hingga akhir zaman.

Kenapa anak disebut sebagai Titipan Tuhan Yang Maha Esa?
Karena kelak, dirinya akan menjadi Utusan Nya dalam membimbing anak-anak mereka.

Di sinilah esensi hubungan kita (Kejawen) dengan Tuhan Yang Maha Esa, bahwa kita semua kelak sebagai utusan Nya, yang wajib menjaga keharmonisan antara kita semua termasuk Orang Lain, Alam, Mahluk Halus, Sesepuh, dlsb

Agama Tidak Membuat Orang Jadi Baik

Tidak ada satu Agama pun di dunia, yang bisa membuat orang jadi baik. Yang ada; Orang baik dan mempunyai niat yang baik, menggunakan Agama apa pun, untuk tujuan kebaikan. Pasti dia akan jadi baik.
Jadi pilihlah Agama yang sesuai dengan Hati Nurani.